SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG PENYEBAB PERANG SALIB
Sunday, 31 March 2013
Add Comment
DISARIKAN DARI DISKUSI MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
Perang Salib itu sejarahnya cukup panjang luas dan rumit, hal ini terjadi
atas profokasi imperium islam selama 5 abad (berarti sejak muhamad).
Seperti yang telah diketahui,
Perang Salib terderi dari 8 ekspedisi ke Timur yang terjadi selama dua abad,
dari 1095 sampai 1270. Sejak itu, istilah “crusade,” yang arti sebenarnya
adalah Perang Salib, di pakai untuk berbagai macam situasi seperti
perang-perang lain (terutama yang berkaitan dengan agama) ataupun hal hal lain
yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama.. Disini kita akan
memfokuskan diri atas 8 Perang Salib dalam tradisi.
Latar Belakang
Untuk mengerti Perang Salib kita perlu menilai peristiwa yang menyebabkannya. Sejak legalisasi Kristianitas di awal tahun 300, Kristen Eropa mulai melakukan ziarah ke Palestina untuk mengunjungi situs kudus yang berhubungan dengan hidup Tuhan kita. Ziarah ini adalah bentuk kesalehan yang besar karena pada jaman tersebut perjalanan ke Tanah Suci adalah sulit, memakan waktu lama, mahal dan berbahaya. Beberapa ziarah membutuhkan bertahun-tahun untuk selesai.
Untuk mengerti Perang Salib kita perlu menilai peristiwa yang menyebabkannya. Sejak legalisasi Kristianitas di awal tahun 300, Kristen Eropa mulai melakukan ziarah ke Palestina untuk mengunjungi situs kudus yang berhubungan dengan hidup Tuhan kita. Ziarah ini adalah bentuk kesalehan yang besar karena pada jaman tersebut perjalanan ke Tanah Suci adalah sulit, memakan waktu lama, mahal dan berbahaya. Beberapa ziarah membutuhkan bertahun-tahun untuk selesai.
Jemaat Kristen juga pergi ke
Syria, Palestina dan Mesir untuk hidup seperti pertapa. Ini adalah jaman dimana
kehidupan membiara berbuah banyak, dan banyak jemaat Kristen yang ingin pergi
ke Tanah Kudus untuk hidup sebagai pertapa. Mereka juga mengalami
kesulitan-kesulitan dalam perjalanan mereka. Bagi para peziarah dan mereka yang
ingin menjadi pertapa ada satu faktior yang membikin mudah perjalanan: Jalan
menuju Palestina membentang melalui wilayah Kristen.
Pada tahun 612, Mohammad bin
Abdullah orang Arab, mengklaim menerima panggilan kenabian dari Allah melalui
malaikat Jibril. Pada awalnya dia mendapatkan beberapa pengikut. Namun, setelah
diusir dari tempat kelahirannya, yaitu Mekah, dia berlindung di Kota Medina
dimana saat itu pengikutnya bertambah. Mengibarkan kampanye militer, Mohammad
menaklukkan beberapa suku kafir, Yahudi dan Kristen dan dia juga berhasil
mengambil alih tempat kelahirannya, Mekkah, dan juga Arabia. Dia meninggal pada
tahun 632.
Seiring dengan matinya
Muhammad, penerus Muhammad, para kalifah, meneruskan kampanye ekspansi yang
agresif (jihad). Kurang dari satu abad mereka telah mengambil alih, antara
lain, Siria, Palestina dan Afrika Utara. Meskipun sekarang kita menganggap
daerah tersebut adalah daerah Muslim, pada waktu itu daerah daerah tersebut
adalah Kristen. Dikatakan bahwa kerajaan Muslim yang berekspansi telah
mencaplok setengah dari peradaban Kristen. Bahkan Eropa sendiri terancam.
Muslem mengambil alih Spanyol Selatan, meng-invasi Prancis dan bahkan mengancam
untuk meng-invasi Roma. Namun ekspansi mereka ditaklukkan oleh Charles Mattel
pada pertempuran Poiters di 732.
Saat itu adalah masa-masa
sulit
Setelah ekspansi Muslim di
Eropa Barat telah tertahan untuk beberapa saat, perhatian mereka teralih ke
tempat lain, dan dalam dua abad selanjutnya mereka menaklukkan Persia (Iran),
Afghanistan, Pakistan dan sebagian India. Mereka lalu maju melawan negara
Kristen dan menaklukkan Kekaisaran Byzantine pada 1453 dan berekspansi sampai
Vienna, Austria pada 1683.
Perang Salib terjadi di
pertengahan peperangan ini. Persiapan secepatnya dilakukan pada abad 11 dengan
meningkatnya ketegangan antara Kristen dan Muslim di Tanah Kudus.
Palestina telah berada dalam
kendali Muslim selama beberapa waktu, meskipun itu didapat dengan persetujuan
(walaupun enggan) oleh pihak Kristen yang hidup di Palestina. Namun, pada 1009,
Kalifah Fatimite dari Mesir memerintahkan penghancuran Kuburan Kristus di
Yerusalem, yang merupakan tujuan utama peziarah Kristen. Kubur ini kemudian
dibangun kembali. Selain itu di daerah taklukan muslim, umat kristen yang
bertahan ditindas (tidak seperti klaim islam) antara lain dengan pajak jizyah
dan perbudakan bahkan pengkebirian.
Meningkatnya bahaya bagi
jemaat Kristen dalam melakukan ziarah ke Tanah Kudus hanya menambah antusiasme
untuk melakukan perjalanan tersebut, karena sekarang ziarah menjadi tindakan
kesalehan yang lebih besar. Selama abad ke 11, ribuan jemaat Kristen mengarungi
dengan berani, sering dikawal oleh pengawal-pengawal Kristen yang kadang kadang
mengawal dua belas ribu peziarah dalam waktu yang sama.
Bangsa Turki Seljug yang telah
menganut Islam pada abad ke 10, mulai menaklukkan bagian-bagian dunia
Muslim> Dan ini membuat ziarah semakin berbahaya, kalaupun tidak mungkin.
Kaum Seljug mengambil alih Yerusalem pada 1070 dan mulai mengancam Kekaisaran
Byzantine. Kaisar Byzantine, Romanus IV Diogenes ditangkap oleh kaum Seljuq
pada perang Manzikert di 1071. Penerusnya, Michael VII Ducas, meminta bantuan
Paus Gregory VII, yang juga berpikiran untuk memimpin ekspedisi militer untuk
memukul balik bangsa Turki tersebut. memperbaiki Kuburan Kristus, dan
mengembalikan keutuhan Kristen setelah perpecahan de facto Kristen Timur pada
1054. Namun “Konflik Pengangkatan” (ini ceritanya panjang dan akan diceritakan
lain kali) menambah beban untuk pelaksanaan rencana ini.
Kaum Seljug terus berekspansi,
pada 1084 menaklukkan kota Antioka dan pada 1092 kota Nicea, dimana dua konsili
ekumenis diadakan berabad-abad sebelumnya. Pada 1090, Tahta Gembala
metropolitan historis di Asia sudah berada di tangan Muslim, yang pada saat itu
sudah sangat dekat dengan ibukota Byzantine di Konstantinopel. Sang Kaisar,
Alexius I Comnenus, meminta Paus Urban II bantuan.
Perang Salib pertama
(1095-1101)
Tidak seperti Gregory VII,
Paus Urban II berada dalam posisi untuk menjawab permintaan Timur. Pada
November 1095, dia memanggil Konsili Clermont di Prancis Selatan dimana dia
meminta dengan sangat pada hadirin -yang terdiri dari bukan hanya Uskup dan
Kepala Biara, tapi juga kaum bangsawan, ksatria dan rakyat sipil- untuk
memberikan bantuan kepada Kekristenan Timur.
Telah terjadi banyak
peperangan antar sesama Bangsa Eropa dan pada pertemuan yang diadakan di tempat
terbuka tersebut, Paus mendorong mereka untuk berdamai satu sama lain dan
memusatkan kekuatan militer mereka untuk tujuan yang konstruktif -membela
Kekristenan dari aggresi Muslim, membantu Kristen Timur, dan mengambil alih
kembali Kubur Kristus. Dia juga menekankan perlunya pertobatan dan motif
spiritual dalam melakukan kampanye ini, menawarkan indulgensi total bagi mereka
yang berkaul untuk melakukan tugas ini. Jawaban dari para hadirin sangat
antusias, para hadirin berteriak “Deus Vult!” (Tuhan menghendakinya!)
Dalam Kosnili Clermont juga
ditetapkan bahwa mereka yang pergi untuk melaksanakan tugas akan memakai Salib
Merah (Latin:Crux). yang kemudian membuat kampanye ini disebut Perang Salib.
Persiapan dimulai di seluruh
Eropa. Kebanyakan tidak terorganisasi ataupun tidak mempunyai semangat seperti
yang didengungkan Paus. Beberapa prajurit begitu kurang persiapan sehingga
mereka menjarah untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa orang German membantai orang
Yahudi. Beberapa tidak pernah sampai di Konstantinopel. Beberapa anggota dari
“People’s crusade” yang tidak terorganisasi dan begitu tidak disiplin dan
dikirim oleh Kaisar pada Agustus 1096 menuju ke Bosphorus, lebih dulu dari
pasukan utama Perang Salib, mereka dibantai oleh tentara Turki.
Prajurit Salib utama terdiri
dari empat pasukan yang berasal dari Perancis, German dan Normandia, dibawah
pimpinan Godfrey dari Boullion, Bohemond dan Tancred (keduanya orang
Normandia), Raymond dari Saint-Giles, dan Robert dari Flanders. Namun, Kaisar
Byzantin Alexius tidak ingin tentara yang begitu banyak berada di Konstantinopel
dan kemudian dikirimnya mereka ke Asia Minor sesuai dengan urutan kedatangan
mereka. Sang Kaisar juga mensyaratkan agar kepala Pasukan bersumpah bahwa
mereka akan mengembalikan tanah yang mereka rebut dari pihak Muslim yang
dulunya adalah daerah Byzantine.
Pada Juni 1097, Nicea diambil
alih oleh Byzantine dan para Prajurit Salib. Bulan berikutnya Prajurit Salib
dan Byzantine mendapatkan kemenangan besar melawan Turki ketika mereka diserang
di Dorylaeum. Kemajuan lebih lanjut cukup sulit dan nampaknya beberapa orang
menjadi putus semangat. Salah satunya adalah Alexius, yang berjanji untuk
membantu kota Antioka yang terkepung. Ketika sang Kaisar berhenti untuk
berusaha, para Prajurit Salib merasa bahwa kewajiban untuk menyerahkan
Dorylaeum kembali ke Kaisar, telah hilang karena sang Kaisar sendiri tidak
mampu mempertahankannya (Alexus telah hilang semangat). Karena itu, saat
Dorylaeum diambil alih pada Juni 1099, kota tersebut jatuh ke tangan orang
Normandia.
Bulan berikutnya Fatimid
Muslim dari Mesir mengambil alih kembali Yerusalem dari kaum Seljug Turky, jadi
para Prajurit Salib melakukan serangan bukan kepada bangsa Turky. Ini terjadi
pada 1099. Selama sebulan para Prajurit Salib, yang telah berkurang separuh
dari kekuatan awal, mendirikan kemah disekeliling Yerusalem sementara Gubernur
Fatimid menunggu bantuan tentara dari Mesir. Disisi lain Prajurit Salib
mendapatkan persediaan makanan dan kebutuhan dari pelabuhan Jaffa dan memulai
gerkan mereka.
Pada 8 Juli Prajurit Salib
berpuasa dan berjalan dengan telanjang kaki mengelilingi kota menuju ke Gunung
Zaitun (tempat Yesus mengalami Sakral Maut), dan pada tanggal 13, mereka
mengepung tembok kota. Pada tanggal 15, beberapa prajurit berhasil melewati
tembok dan membuka salah satu gerbang kota yang membuat pasukan utama mampu
menyerbu kedalam. Di Menara Daud, Gubernur Fatimid menyerah dan diantar keluar
dari kota. Dari dalam Mesjid Al-Agsa dekat Bukit Kuil (Temple Mount), Tacred,
salah satu pimpinan Prajurit Salib, menjanjikan perlindungan bagi warga Muslim dan
Yahudi di kota tersebut. Sayangnya, meskipun ada upaya tersebut, pembantaian
tetap terjadi.
Bulan selanjutnya Prajurit
Salib mengejutkan dan memukul balik pasukan bantuan dari Mesir yang
dinanti-nanti Gubernur Fatimid. Prajurit Salib mengkokohkan kendali warga
Kristen di Yerusalem, meskipun banyak kota pelabuhan masih berada dalam kendali
Muslim. Kebanyakan Prajurit Salib kemudian pergi kembali ke rumah setelah
merasa bahwa tujuan dan kaul mereka telah tercapai.
Sebagai hasil dari Perang
Salib pertama, telah terbentuk empat negara bagian Kristen dari wilayah yang
telah direbut Prajurit Salib: Kerajaan Jerusalem terdahulu, Principality
Antioka (Prinsipality = daerah yang dikuasai pangeran/prince), Countship Edessa
(Countship = daerah dalam kekuasaan Count. Count = semacam bangsawan) dan
Countship Tripoli. Negara-negara bagian ini, yang menggunakan sistem feodal
dalam konteks yang terlepas dari permusuhan lokal seperti yang terjadi di
Eropa, telah disebut-sebut sebagai model administrasi Medieval. Namun, hubungan
antara negara bagian, kekaisaran Byzantine dan daerah Muslim disekitarnya
sering rumit.
Untuk mempertahankan
negara-negara bagian baru ini, sebuah pasukan baru terbentuk –ordo-ordo
Ksatria, seperti Hospitaleer oleh St John dari Yerusalem dan Templars. Ini
adalah kelompok ksatria yang berkaul religius dan melakukan aturan-aturan
religious.
Untuk suatu saat negara-negara
bagian akibat Perang Salib berkembang. Seiring dengan waktu, negara-negara
bagian tersebut membesar meliputi kota-kota pelabuhan yang ditinggal dan tidak
diakui oleh siapapun sebagai daerah kekuasaan. Meskipun begitu, negara-negara
bagian tersebut masih lemah. Pada 1144 negara bagian utara Edessa ditawan oleh
Pasukan Muslim.
0 Response to "SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG PENYEBAB PERANG SALIB"
Post a Comment