MAKALAH TAFSIR TARBAWI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Saturday, 13 April 2013
MENUNTUT ILUM DAN KEDUDUKAN ILMUWAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Seorang ibu berpesan bijak kepada anak kesayangannya yang cacat fisik, Anakku,
engkau tidak berada di majlis suatu kaum melainkan engaku menjadi bahan ejekan
dan tertawaan mereka, oleh karena itu, carilah ilmu, karena ilmu mengangkatmu.”
Pesan sang ibu tidak meleset, karenga dikumudain hari si anak yang tidada lain
adalah Muhammad bin Abdurrahman al-Auqosh menjadi hakim di mekah selama dua
puluh tahun.
Sang
ibu tidak salah ucap, karena memang begitulah kenyataannya. Ilmu memang membuat
orang menjadi mulia. Ilmu itu menjaga pemiliknya, demikian kata Ali bin Abu
thalib R.A.
“Denganya, Allah mengangkat suatu kaum, kemudian Allah menjadikan mereka
sebagai pemimpin dalam hal yang baik dan sebagai suri tauladan bagi oeng lain.
Mereka adalah penunjuk bagi dan kepada kebaikan. Jejak mereka ditapaktilasi .”
kata Muadz bin Jabal R.A.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dengan ilmu, kita tidak menjadi makhluk “telanjang” abadi seperti hwan,
terlapisi keindahan fisik dan psikis, menjadi manusia bermutu, mampu bersaing
dengan makhuluq alin, dapat mengungkap rahasia dan pesan-pesan Allah yang ada
dalam kitab-Nya dan di alam semersa, kita dapat menjadi hamba Allah yang mulia,
dapat menjadi umat yang berjaya atas makhluk yang lain seperti proyeksi awal
Allah menciptakan kita.
C. TUJUAN
Berangkat
dari kerangka di atas, dan memperhatikan ralita keterpurukan kaum
muslimin dewasa ini, kami mencoba mengupas ayat ilmu pengetahun, dengan harapan
makalah ini sedikit banyak dapat menyadarkan kelengahan kita selama ini,
mengangkat harkat dan martabat di sisi Allah dan makluk lain dan mengembalikan
kita ke posisi semula sebagai “khalifah allah” di muka bumi.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
MENUNTUT ILMU
AL-‘ALAQ
1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ
الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ (5) [العلق/1-5]
A.
TERJEMAH
1. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
B.
MUNASABATUL AYAT
Setelah
pada surat sebelumnya disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan yang
sempurnya ( أًحْسَنِ
تَقْوِيْم ) kemudian dalam surat ini
disebutkan kejadian manusia dari segumpal darah sampai pada akhirnya disini di
bahas keadaan manusia di akhirat.
C. ASBABUN
NUZUL
Disebutkan
bahwa Nabi S.A.W. beribadah dalam gua Hira beberapa malam, kemudain
turunlah ayat ini. Lima ayat ini deisepakati turun di makah sebelum Nabi S.A.W.
hijrah, bahkan hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu yang pertama diterima
Nabi S.A.W. adalah lima ayat ini, Thahir Ibnu Asyur menyatakan bahwa lima ayat
ini turun pada tanggal tujuh belas ramadhan dan hal ini banyak di ikuti oleh
ulama.
Nama
yang populer pada masa sahabat adalah surat iqra’ bismirabbika, dan nama yang
banyak tercantum dalam mushaf adalah al-Alaq’ ada juga yang menamainya dengan
surah iqra’.
D.
PEMBAHASAN
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ (1)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
a. Tafsir Mufrodat :
Kata
(اقْرَأْ ) terambil
dari kata kerja ( قَرَأَ ) yang
pada mulanya berarti menghimpun. Apabila anda merangkai huruf atau kata
kemudian anda mengucapkan rangkaian tersebut maka anda telah menghimpunnya
yakni membacanya. Dengan demikian realisasi perintah tersebut tidak
mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus
diucapkan sehingga terdengan oleh orang lain. Karenanya, dalam kamus ditemukan
aneka ragam arti dari kata tersebut. Antara lain : menyampaikan, menelaan,
membaca, mendalami, meneliti, mengaetahui ciri-ciri sesuatu dan sebagainya,
yang kesemuanya bermula dari arti menghimpun.
Ayat
di atas tidak menyebutkan objek bacaan - dan jibril AS. ketika itu tidak juga
membaca suatu teks tertulis, dan karena itu dalam satu riwayat dinyatakan bahwa
Nabi S.A.W. bertanya : ( مَا أَقْرَأُ ) apa
yang harus saya baca ?
b. Penjelasan:
Beraneka
ragam pendapat ahli tefsir tentang objek bacaan yang dimaksud, ada yang
berpendapat wahyu (al-Qur’an) sehingga perintah itu dalam arti : “bacalah
wahyu-wahyu (al-Qur’an)” ketika dia turun nanti. Ada juga yang berpendapat
bahwa objeknya adalah ismi robbika sambil menilai huruf ba’ yang menyertai kata
kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama tuhanmu atau berdzikirlah.
Tapi jika demikian mengapa Nabi S.A.W.menjawab “ saya tidak dapat membaca “
seandainya yang dimaksud perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab
demikian karena jauh sebelum datang wahyu beliau senantiasa melakukannya.
Muhammad
Abduh memahami peritah membaca di sini bukan sebagai beban tugas yang harus
dilaksanakan (amr taklif) sehingga membutuhkan objek, tetapi ia adalah amar
takwini yang mewujudkan kemampuan membaca secara actual pada diri pribadi Nabi
Muhammad S.A.W. pendapat ini dihadang oleh kenyataan bahwa setelah turunnya
perintah ini pun Nabi S.A.W. masih tetap dinamai oleh al-Qur’an sebagai seorang
Ummy (tidak pandai membaca dan menulis), di sisi lain jawaban Nabi
S.A.W. kepada malaikat jibril ketika itu, tidak mendukung pemahaman itu.
Huruf
( ب ) pada kata (بِاسْمِ ) ada juga
yang memahaminya sebagai pernyertaan atau mulabasah, seingga dengan
demikian ayat tersebut berarti “bacalah disertai dengan nama Tuhanmu”.
Sementara
ulama memahami kalimat bismi rabbika bukan dalam pengertian harfiahnya,
sudah menjadi kebiasaan masyarakat sejak masa jahiliah mengaitkan suatu
pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan. Itu memberi kesan yang baik
atau katakanlah “berkat” terhadap epkerjaan tersebut juga untuk menunjukkan
bahwa pekerjaan tadi dilakukan semata-mata karena “dia” yang namanya disebutkan
tadi. Dahulu, misalnya sebelum turunnya al-Qur’an, kaum musyrikin sering
berkata “bismi al-lata” dengan maksud bahwa apa yang mereka lakukan
tidak kecuali demi tuhan berhala al-lata, dan
Mengaitkan
pekerjaan membaca dengan nam Allah mengantarkan pelakunya untuk tidak
melakukannya kecuali karena Allah, dan hal ini akan mengahsilkan keabadian,
karena hanya Allah yang kekal abadi dan hanya aktifitas yang dilakukan secara
ikhlas yang akan diterimanya, tanpa keikhlasan semua aktifitas akan berakhir
dengan kegagalan dan kepunahan (baca Q.S. al-Furqon 25).
Menurut
Syaikh al-Maroghi, اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ adalah jadilah kamu orang yang bisa
membaca dengan kekuasaan Allah Tuhan penciptamu dan menginginkan kamu bisa
membaca walaupun sebelumnya tidak, yang sesungguhnya saat itu Nabi S.A.W. tidak
bisa baca tulis, dan telah datang perintah Ketuhanan bahwa Nabi S.A.W.
hendaknya bisa membaca walaupun tidak bisa menulis dan akan diturunkan
kepadanya al-Quran yang akan dia baca walaupun dia tidak menulisnya. Ringkasnya
adalah Allah yang telah menjadikan alam semesta mampu menjadikan Nabi S.A.W.
bisa membaca walaupun tidak didahului dengan belajar.
C. Kesimpulan
Menurut
kaidah kebasaan menyatakan apabila ada suatu kata kerja yang membutuhkan objek
tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum,
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Oleh karena
itu bahwa kata iqro’ digunakan dalam arti membaca, menelaah,
menyampaikan dan sebagainya, dan objeknya bersifat umum, maka objek kata
tersebut segala yang dapat terjangkau baik ia merupakan bacaan suci yang
bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat yang tertulis maupun
yang tidak tertulis. Al hasil perintah iqro’mencakup telaah terhadap
alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis baik suci maupun
tidak.
Ayat
ini menegaskan supaya kita bisa membaca.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ
عَلَقٍ (2)
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
A. Tafsir
Mufrodat
Kata
الْإِنْسَانَ terambil dari
akar kata أنس, jinak dan
harmonis atau dari kata نسي yang berarti
lupa, ada juga yang berpendapatberasal dari kata نوس yakni gerak
atau dinamika.
Makna
di atas paling tidak memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat
makhluk tersebut, yakni bahwa memiliki sifat lupa, dan kemampuan bergerak atau
melahirkan dinamika.
Ia
juga adalah makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang,
harmonisme dan kebahagiaan kepada pihak lain.
B.
Penjelasan
Kata
insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya, kata ini
berbeda dengan kata basyar yang juga diterjemahkan dengan manusia,
tetapi maknanya lebih banyak mengacu kepada manusia dengan segi fisik serta
nalurinya yang tidak berbeda antara seseorang manusia dengan mansia lain.
Manusia
adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam al-Qur’an melalui wahyu pertama,
bukan saja karena ia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, atau segala
sesuatu dalam alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi
kepentingannya, tetapi juga karena kitab suci al-Qur’an ditujukan kepada
manusia guna menjadi pelita kehidupannya.
Salah
satu cara yang ditempuh oleh al-Qur’an untuk menghantar manusia menghayati
pentunjuk Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan
menguraikan proses kejadiannya. Ayat ke 2 surat iqro’ menguraikan secara
sangat singkat hal tersebut.
Kata
‘alaq dalam kamus bahasa arab digunakan dalam arti segumpal darah, juga
dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia
tersangkut di kerongkonganya. Banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas
dalam pengertian pertama. Tetapi ada juga yang memahaminya dalam sesuatu yang
tergantung di dinding rahim. Ini karena para pakar embriolog menyatakan bahwa
setelah terjadinya pertemuan antara seperma dan indung telur ia berproses dan
membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan demikian seterusnya
sambil bergerak menuju ke kantong kehamilan dan melekat bertempat serta masuk
ke dinding rahim.
C.
Kesimpulan
Dari
ayat 2 ini dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu yang ditempuh oleh
al-Qur’an untuk mengantar manusia menghayati petunjuk Allah adalah
memperkenalkan jati dirinya dengan menguraikan proses kejadiannya, karena kata ‘alaq
bisa juga dipahami sebagai makhluk sosoial yang tidak dapat hidup sendiri
tetapi selalu bergantung pada selainnya, ini serupa dengan firman Allah خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ
عَجَلٍ [الأنبياء/37] (Manusia telah dijadikan (bertabiat)
tergesa-gesa.)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
(3)
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
A. Tafsir
Mufrodat
Kata
الْأَكْرَمُ biasa
diterjemahkan dengan yang maha atau paling pemurah atau semulia-mulia. Kata ini
terambil dari kata كرم yang antara
lain berarti memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih, bernilai tinggi,
terhormat, mulia, setia dan sifat kebangsawanan.
B.
Penjelasan
Dalam
al-Qur’an ditemukan kata karim terulang sebanyak 27 kali. Tidak kurang
dari 13 subjek yang disifati dengan kata tersebut, yang tentu saja berbeda-beda
maknanya dan karena itu pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kata ini
digunakan untuk menggambarkan sifat terpuji yang sesuai dengan objek yang
disifatinya. Ucapan yang karim adalah ucapan yang baik, indah terdengar,
benar susunan dan kandungannya, mudah dipahami cara menggambarkan segala
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pembicara. Sedang rizki yang karim
adalah yang memuaskan, bermanfaat serta halal.
Allah
menyandang sifat karim menurut imam al-Ghozali sifat ini menunjuk kepadanya
yang mengandung makna antara lain bahwa : Dia yang bila berjanji menepati
janjinya, bila memberi melampoi batas memberi. Dia yang tidak rela bila ada
kebutuhan yang dimohonkan kepada selain-Nya. Dia yang bila atau kecil hati,
menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapapun yang menuju yang berlindung
kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.
Ibn
al-Arabi menyebut 16 makna dari sifat Allah ini antara lain : yang disebut oleh
al-Ghozali di atas, dan juga “ Dia yang bergembira dengan diterima anugrahnya,
serta yang memberi sambil memuji yang diberinya, Dia yang memberi siapa yang
mendurhakainya, bahkan memberi sebelum diminta dan lain-lain.
Kata
al-Karim yang menyifati Allah dalam al-Qur’an kesemuanya menunjuk kepada-Nya
dengan kata Robb bahkan demikian juga kata akrom sebagaimana
terbaca di atas. Penyifatan kata Robb dan Karim menunjukkan bahwa
kata karom atau anugrah kemurahannya dalam berbagai aspek, dikaitkan
dengan rububiyahnya, yakni Pendidikan, Pemeliharaan dan Perbaikan makhluknya,
sehingga anugrah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu bebarengan serta
bertujuan perbaikan dan pemeliharaan.
Sebagai
makhluk, kita dapat menjangkau betapa besar karom Allah S.W.T. karena
keterbatasan kita dihadapannya. Namun demikian sebagian darinya dapat
diungkapkan sebagai berikut : “ bacalah wahai Muhammad, tuhanmu akan
menganugrahkan dengan sifat kemurahannya pengetahuan tentang apa yang tidak
engkau ketahui. Bacalah dan ulangi bacaan tersebut walaupun objek bacaannya
sama, niscaya tuhanmu kan memberikan pandangan serta pengertian baru yang
tadinya belum engkau belum peroleh pada bacaan yang sama dalam objek tersebut.”
“Bacalah dan ulangi bacaan, tuhanmu kan memberi manfaat kepadamu, manfaat yang
tidak terhingga karena dia akrom, memiliki segala macam kesempurnaan.”
C.
Kesimpulan
Disini
kita dapat melihat perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan ke
tiga, yakni yang pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang
ketika membaca (dalam segala pengertian) yaitu membaca demi karena Allah,
sedang perintah yang ke dua menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan
bahkan pengulangan bacaan tersebut.
Dalam
ayat ke tiga ini Allah menjanjikan bahwa pada saat seseorang membaca dengan
ikhlas karena Allah maka Allah akan menganugrahkan kepadanya ilmu pengetahuan,
pemahaman, wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu juga. Apa yang
dijanjikan ini terbukti sangat jelas. Kegiatan “membaca” ayat al-Qur’an
menimbulkan penafsiran baru atau pengembangan dari pendapat yang telah ada.
Demikian juga kegiatan membaca alam raya ini telah menimbulkan penemuan baru
yang membuka rahasia alam, walaupun objek bacaanya itu-itu juga. Ayat al-Qur’an
yang dibaca oleh generasi terdahulu dan alam raya yang mereka huni adalah
sama-tidak berbeda, namun pemahaman mereka serta penemuan rahasianya terus
berkembang.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
(4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
A. Tafsir
Mufrodat
Kata
الْقَلَمِ terambil dari
kata kerja قلم yang berarti
memotong ujung sesuatu. Memotong ujung kutu disebutتقليم , tombak yang
dipotong ujungnya sehingga meruncing dinamai مقالم.
B.
Penjelasan
Kata
qolam disini dapat berarti hasil dan penggunaan alam tersebut, yakni
tulisan, ini karena bahasa, sering kali menggunkan kata yang berarti alat atau
penyebab untuk menunjuk akibat atau hasil dari penyebab atau penggunaan alat
tersebut, misalnya, jika seseorang berkata “ saya hawatir hujan” maka yang
dimasud dengan kata hujan adalah basah atau sakit, hujan adalah penyebab
semata.
Makna
di atas dikuatkan oleh firan Allah dalam surat al-Qolam (68):1, yakni firmannya
“ Nuun, demi qolam dan apa yang mereka tulis”. Apalagi disebutkan dalam sekian
banyak riwayat bahwa awal surat al-Qolam turuns setelah akhir ayat ke lima
surat al-‘Alaq. Ini berarti dari segi masa turunnya ke dual kata qolam tersebut
berkaitan erat, bahwan bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf
tidak demikain.
Pada
ke dua ayat di atas terdapat apa yang dinamai ikhtiba’ yang maksudnya
adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua
susunan kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang dimaksud telah
disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat 4 kata manusia tidak disebut karena
telah disebut pada ayat lima, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut
karena pada ayat empat telah disyaratkan ma’na itu dengan sebutkan pena. Dengan
demikian kedua ayat di atas dapat berarti “ Dia(Allah) mengajarkan dengan pena
(tulisan) (hal-hal yang telah diketahui sebelumya). Dia mengajarkan manusia
(tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya. Kalimat “ yang telah
diketahui sebelumnya disisipkan karena isyarat pada susunan kedua yaitu yang
belum atau tidak diketahui sebelumnya”. Sedang kalimat “tanpa pena” ditambahkan
karena ada kata “ dengan pena” dalam susunan pertama. Yang dimaksud dengan
ungkapan “ telah diketahui sebelumnya adalah khozanah pengetahuan sebelumnya
dalam bentuk tulisan.
C.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kedua uraian di atas menjelaskan
dua cara yang ditempuh Allah S.W.T. dalam mengajar manusia. Pertama melalui
pena atau tulisan yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui
pengajaran secara langsung tanpa alat.
Pada
awal surat ini Allah telah mengenalkan diri sebagai yang maha kuasa, maha
mengetahui dan maha pemurah. Pengetahuan-Nya melimputi segala sesuatu,
sedangkan karom atau kemurahan-Nya tidak terbatas, sehingga dia berkuasa
dan berkenan untuk mengajar manusia dengan atau tanpa pena.
Wahyu
Ilahi yang diterima oleh manusia agung dan suci jiwanya adalah tingkat
tertinggi dari bentuk pengajarannya. Tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Nabi
Muhammad S.A.W. dijanjikan oleh Allah dalam wahyunya yang pertama untuk
termasuk dalam kelompok tersebut.
E.
PELAJARAN YANG DAPAT DI AMBIL
1. Ayat 1
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Ayat
pertama ini mengandung arti bahwa :
a.
Ummat Islam seharusnya pandai baca tulis
b.
Ummat Islam harus antusias membaca dan meneliti, yaitu mengembangkan ilmu
pengetahuan
c.
Perintah m embaca ini meliputi yang tersurat (Al-Qur’an) dan yang tersirat
(Alam semesta)
2. Ayat 2
Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Manusia
disebut khusus dalam ayat ini, karena manusia manusia diberi kedudukan istimewa,
dengan tubuh, panca indera, akal dan hati yang sempurna. Alaqah adalah zygote
yang sudah menempel di rahim ibu, yang secara phisik tidak ada artinya dan
lemah dan labil karena sewaktu-waktu dapat gugur dari rahim ibunya.
3. Ayat 3
Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Perintah
membaca ini untuk memantapkan bahwa pengetahuan yang dibaca, minimal satu objek
dibaca dua kali, inipin diakui oleh para psikologi membaca.
4. Ayat 4
Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Maksudnya
: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Allah menciptakan alam
untuk dijadikan pena, dan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menggunakan
pena tersebut.
5. Ayat 5
Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dengan
adanya baca tulis manusia berkembang ilmu pengetahunnya, agar dapat bermanfaat
bagi generasi berikutnya .
Secara
global Lima ayat yang telah lewat menunjukkan keutamaan membaca, menulis dan
ilmu.
Demi
Allah, jika tidaklah karena qolam (pena) niscaya kemu tidak akan
mendapat ilmu, dan tidak dapat mengendalikan bala tentara, agamapun akan
terbengkalai, orang yang akhir tidak dapat mengetahui keadaan orang yang
terdahulu dari segi keilmuannya, pekerjaannya dan bidang-bidangnya. Dan ketika
semua keadaan orang yang terdahulu sudah terbukukan baik yang baik maupun yang
buruk, niscaya ilmu mereka menjadi pelita yang memberikan petunjuk bagi pereode
berikutnya, dan menjadi tempat tolak untuk kemajuan kaum berikutnya dan
kemajuan segala bidang.
Begitu
juga ayat ini menjadi pengingat bahwa Allah telah menjadikan manusia hidup,
bisa berfikir dari yang sebelumnya tidak hidup dan tidak berfikir, tidak
berbentuk dan tidak mempunyai rupa, kemudian Allah mengajarkan hal penting
yaitu tulisan dan pengetahuan tentang segala sesuatu, betapa celakanya bagi
orang-orang yang lalai tentang hal ini.
AL-GHOSYIYAH
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى
الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى
الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
[الغاشية/17-20]
A.
TERJEMAH
17. Maka Apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,
18. Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. Dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. Dan
bumi bagaimana ia dihamparkan?
B. ASBABUN
NUZUL
Dalam
suatu riwayat dikukakan bahwa ketika Allah menggambarkan ciri-ciri surga, kaum
yang sesat merasa heran, maka Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah untuk
memikirkan keluhuran dan keajaiban Allah.
C. TAFSIR
MUFRODAT
Penggunaan
kata إِلَى
: kepada, yang digandeng dengan kata يَنْظُرُونَ : melihat,
atau memerintahkan untuk mendorong sietiap orang melihat sampai batas akhir
yang ditunjuk oleh kata إلى, masing-masing
dalam hal ini adalah unta, langit, pegunungan dan bumi sehingga pandangan perhatian
benar-benar menyeluruh, sempurna dan mantap agar dapat menarik darinya sebanyak
mungkin bukti tentang kekuasaan Allah dan kehebatan Ciptaan-Nya.
D.
PENJELASAN
Dalam
tafsir al-Muntakhob yang disusun oleh satu tim yang terdiri dari beberapa pakar
Mesir, ayat-ayat diatas dikomentari antara lain sebagai berikut: Penciptaan
unta yang sangat sungguh luar biasa menunjukkan kekuasaan Allah dan merupakan
suatu yang perlu ktia renungkan. Dari bentuk lahirnya, seperti kita ketahui,
untuk benar-benar memiliki potensi untuk menjadi kendaraan di wilayah gurun
pasir. Matanya terletak pada bagian kepala yang agak tinggi dan agak ke
belakang, ditambah dengan dua lapis bulu mata yang melindunginya dari pasir dan
kotoran. Begitu pula dua lubang hidung dan telinga yang dikelilingi dengan
rambut yang maksud yang sama. Maka apabila badai pasir bertiup kencang, kedua
lubang hidung itu akan tertutup dan kedua telinganya akan melipat ke tubuhnya,
meski bentuknya kecil dan hampir tak terlihat. Sedangkan kakinya yang panjang adalah
untuk membantu memperepat gerakannya, seimbang dengan lehernya yang
panjang pula. Telapak kakinya yang sangat lebar seperti sepatu berguna
untuk memudahkannya dalam berjalan di atas pasir yang lembut. Unta juga
mempunyai daging yang tebal di bawah dadanya dan bantalan-bantalan pada
persendian kakinya yang memungkinkannya untuk duduk di atas tanah yang keras
dan panas. Pada sisi ekornya yang panjang terdapat bulu yang melindungi bagian
belakang yang lembut dari segala macam kotoran.
E.
KESIMPULAN
Telah
kita ketahui bersama, bahwa perbincangan sejak permulaan surah ini, bertujuan
menegaskan tentang tujuan akhirat, serta apa saja yang berkaitan dengan manusia
pada hari kiamat. Tentunya diantara orang-orang yang kepada mereka ayat-ayat
ini ditujukan, terdapat pula para pengingkar yang menyangkalnya. Tetapi ada
pula yang mengakui (kebenaranya) namun tetap dalam keadaan lalai, tidak melihat
kemasa depan, tempat tujuan akhir yang akan mereka datangi. Maka Allah swt
ingin menegakkan Hujjah-Nya terhadap mereka, serta mamperingatkan mereka dengan
cara-cara menarik perhatian mereka, agar bersedia mengamati kuasa-Nya yang
nyata diantara mereka, terutama yang berkaitan dengan ciptan-Nya yang dapat
mereka saksikan setiap saat.
Nilai-Nilai
Pendidikan dari ayat ini :
- Siswa harus diperkenalkandahulu dengan lingkungan yang terdekat dan penting bagi mereka
- Pengetahuan dan penguasaan alam harus mengarah kepada keimanan
- Tugas guru membimbing bukan memaksa
- Materi pendidikan yang sebenarnya ayat-ayat Allah baik yang tersirat maupun yang tersurat.
AR-RAHMAN
33
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ
وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ (33) [الرحمن/33]
33. Hai
jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.
A. TAFSIR
MUFRODAT.
فَانْفُذُوا
|
:
|
(maka
lintasilah) Tembuslah ke penjuru langit dan bumi dan lepaskan dirimu,
dikatakan tembusnya sesuatu dari sesuatu yang lain, ketika sesuatu itu
dilepaskan seperti melepaskan anak panah.
|
لَا
تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
|
:
|
(Dan
kamu tidak mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan) mereka tidak mampu
untuk menembusnya kecuali dengan kekuatan dan mereka tidak kuasa.
|
B.
PENJELASAN.
Allah
memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi) ke
penjuru langit dan bumi, arti perintah Allah ini hanya sekedar tantangan Allah
untuk menguji dan melemahkan jin dan manusia. Jika mereka kuasan untuk keluar
penjuru langit dan bumi dan semacamnya itu hanya ketentuan dan kekuasaan dari
Allah S.W.T.
Mereka
pun tidak mampu menembus (melintasi) kecuali dengan kekuatan, dan mereka tidak
mempunyai kekuatan untuk menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi dan juga
mereka tidak kuasa.
Dan
yang dimaksud سلطان di sini adalah
Dzat yang mempunyai kekuatan dan menguasai untuk memerintah.
C. KESIMPULAN.
Allah
memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi) langit
dan bumi tetapi mereka tidak mampu kecuali dengan kekuatan.
SURAT
AL-FATIR 27&28
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا
أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا
وَغَرَابِيبُ سُودٌ (27) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ
أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (28) [فاطر/27، 28]
27.
Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di
antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam
warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
28. Dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.
A. Tafsir
mufrodat :
أَلَمْ تَرَ
|
:
|
(tidakkah
kamu melihat) firman ini ditujukan kepada Rosululloh dan kepada orang-orang
yang berbuat baik kepada Rosululloh.
|
مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا
|
:
|
(yang
beraneka macam jenisnya) merupakan sifat buah-buahan, maksudnya ألوانها yaitu berjenis-jenis dan berkelompok, sebagian dari alwan
itu ada yang putih, merah, kuning, hijau dan hitam.
|
مُخْتَلِفٌ
|
:
|
(bermacam-macam)
sebagian dari macam-macam warnanya itu ada merah, hitam, putih, hijau dan
kuning.
Imam
farro’ bekata : arti مختلف menjadikan
bermacam-macam warna seperti perbedaannya warna buah dan gunung, sesungguhnya
Allah S.W.T. menyebutkan segala sesuatu itu mempunyai perbedaan warna karena
sesungguhnya perbedaan ini sebagai bukti keagungan, keadilan atas kekuasaan
Allah dan bukti atas keindahan ciptaan Allah S.W.T.
|
الْعُلَمَاءُ
|
:
|
(Ulama)
orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah,
|
B.
PENJELASAN.
Dalam
firman Allah ini, Allah mengingatkan kepada Rosululloh dan juga kepada orang
yang berbuat baik kepada Rosul ( umata manusia ) bahwa Allah telah menurunkan
hujan dari langit yang dengan hujan itu dapat mengahsilkan buah-buahan yang
beraneka macam jenis dan kelompoknya, juga bermacam-macam warnanya antara lian
putih, merah, kuning, hijau dan hitam. Selain itu Allah juga menjadikan
gunung-gunung yang antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih yang beraneka
macam warnanya ada pula yang hitam pekat.
Imam
Jauhari mengatakan : hitam pekat artinya warna yang sangat hitam.
Firman
Allah S.W.T. : dan demikian pula diantara manusia, binatang melata dan ternak
itu bermacam-macam warna dan jenisnya, sesungguhnya Allah menciptakan segala
sesuatu dengan bermacam-macam warna dan berbeda-beda jenisnya, hal ini Allah
ingin menunjukkan bukti sebagai keagungan, keadilan atas kekuasaan dan
keindahan ciptaannya.
Dan
ulama yang dapat mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah S.W.T.
C.
KESIMPULAN
Dari ayat
27 dan 28 tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diturunkannya hujan, tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam.
- Demikian juga manusia, binatang-binatang diciptakan Allah bermacam-macam warna jenisnya sebagai tanda kekuasaanNya.
- Yang benar-benar mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan mentaatinya hanyalah ulama, yaitu orang-orang yang mengetahui secara mendalam kebesaran Allah. Dia Maha Perkasa menindak orang-orang kafir, Maha Pengampun kepada hamba-hambanya yang beriman dan taat.
AL-MUJADALAH
11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ
اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوْا
مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ (11) [المجادلة/11]
11. Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
A. TAFSIR
MUFRODAT
تَفَسَّحُوا
|
:
|
Maksudnya adalah توسعوا yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.
|
يَفْسَحِ
|
:
|
Maksudnya Allah akan melapangkan
rahmat dan rizki bagi mereka.
|
فَانْشُزُوا
|
:
|
Maksudnya saling merendahkan hati
untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang.
|
يَرْفَعِ
اللهُ الَّذِينَ
|
Allah akan mengangkat derajat
mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang
khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.
|
B. ASBABUN NUZUL
Ayat
ini diturunkan pada waktu Rosululloh S.A.W. ingin memuliakan sahabat ahli
perang badar dari pada sahabat muhajirin dan anshor. Ketika Rosululloh S.A.W.
duduk di tempat yang sempit beliau ingin memuliakan sahabat ahli badar, maka
datanglah sahabat ahli badar tersebut saling berdesakan dan berdiri di hadapan
beliau sambil menanti kelapangan majlis (tempat duduk), Rosululloh
memerintahkan sahabat yang bukan ahli badar yang berada disampingnya untuk
berdiri.
C.
PENJELASAN.
Dari ayat tersebut dapat diketahui,
hal sebagai berikut:
Pertama
: Bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis
Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari
Rasulullah saw. Yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu terdapat kebaikan
yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.
Kedua
: Bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di
majelis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang
dimungkinkan, karena cara demikian dapat menimbulkan keakraban diantara sesama
orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan
Rasulullah saw.
Ketiga
: Bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang
ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan
kebaikan di dunia dan akhirat.2 Singkatnya ayat ini berisi perintah untuk
memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa
kebahagiaan kepada setiap orang Islam. Atas dasar inilah Rasulullah saw,
menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hambanya, selama hamba tersebut
selalu menolong sesama saudaranya.3
Adapun
arti potongan ayat dibawah ini adalah:
إِذَا قِيْلَ لَكُمْ
تَفَسَّخُوْا فِيْ الْمَجَالِسِ فَافْسَخُوْا
Maksudnya
adalah apabila kamu diminta berdiri selama berada di majelis Rasulullah saw,
maka segeralah berdiri, karena Rasulullah saw terkadang mengamati keadaan
setiap individu, sehingga dapat diketahui setiap keadaan orang tersebut, atau
karena Rasulullah saw, ingin menyerahkan suatu tugas khusus yang tidak mungkin
tugas tersebut dapat dikerjakan oleh orang lain. Berhubungan dengan hal yang
demikian, maka bagi orang yang datang terdahulu di majelis tersebut tidak boleh
mempersilahkan orang yang datang belakangan untuk duduk di tempat duduknya.
Imam
Malik, Bukhari, Muslim dan Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah saw, bersabda: La yuqimu al-rajulu min majlisi walakin tafassakhu wa
tawassa’u. Yang artinya: seorang tidak sepantasnya mempersilahkan tempat
duduknya kepada orang lain (yang datang belakangan). Tetapi cukup dengan
memberikan kelapangan dan mempersilahkan lewat.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ
أَمَنُوْا مِنْكُمْ، وَالَّذِيْنَ أُتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
maksudnya
adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang melaksanakan segala
perintahnya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik dari pahala maupun
keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkanagar memberikan
kelapangan kepada sesama kawannyaitu datang belakangan, atau apabila dianjurkan
agar keluar meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan
jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilanhkan haknya.
Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada Tuhannya,
karena Allah tidakakan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hambanya.
Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.
Sedangkan
potongan ayat وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ maksudnya bahwa Allah mengetahui
setiap perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan
membalasnya amal tersebut. Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan.
Demikian pula orang yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.4
Ayat tersebut diatas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
Ayat tersebut diatas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
D.
KESIMPULAN.
1.
Bersopan santun dalam menghadiri majlis rosulillah.
2. Kita
dianjurkan berbuat lapang di suatu hal, maka Allah akan melapangkan kita.
3. Allah
akan meninggikan derajat orang yang beriman dan yang diberi ilmu pengetahuan.
AZ-ZUMAR
9
أَمَّنْ هُوَ
قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9) [الزمر/9]
9. (apakah
kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
A.TAFSIR
MUFRODAT
هُوَ قَانِتٌ
|
:
|
مطيع,
خاضع, عابد الله تعالى ( taat, tunduk dan beribadah kepada Allah).
|
آنَاءَ اللَّيْلِ
|
:
|
ساعته (waktunya bersujud dan berdiri dan mengharap rahmat
Tuhannya).
|
B.
MUNASABAH DAN ASBABUN NUZUL
Firman
Allah أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ …
ibnu abbas berkata : dalam riwayat ‘atho ayat tersebut diturunkan pada sahabat
abu bakar as-Shidiq. Menurut ibnu ‘umar diturunkan pada sahabat Usman bin
Affan, menurut Muqotil diturunkan pada Amr bin Yasir
C.
PENJELASAN
Ayat ini menerangkan perbedaan antara orang kafir dengan orang
yang selalu taat menjalankan ibadah kepada Allah dan takut dengan siksa Akhirat
yang selalu mengharapkan Rahmat (surga).
Tidak sama antara orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan
mengEsakan Allah, mentaati semua perintah menjauhi larangan-Nya, yaitu Abu
Bakar dan sahabatnya, dengan orang-orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan
yaitu Abu Jahal dan sahabatnya.
Ayat di atas menunjukkan keutamaan ilmu daripada harta, karena
orang yang mempunyai ilmu mengetahui kemanfaatan harta dan orang yang tidak
berilmu tidak mengetahui kemanfaatan ilmu.
D.
KESIMPULAN
1.
Perbandingan orang yang
beruntung (selalu taat pada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya) dengan orang
yang rugi (kafir).
2.
Tidak sama antara orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan dengan orang bodoh.
SURAT AN-NAML 40
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ
مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي
لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40) [النمل/40]
40.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[[2]]:
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun
berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur
Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".
A. TAFSIR MUFRODAT
الَّذِي
عِنْدَهُ عِلْمٌ
|
:
|
آصف بن برخياء (كاتب سليمان) أو جبريل أو ملك آخر
|
طَرْفُكَ
|
:
|
ارفع بصرك
وانظر مُدّ بصرك مما تقدر عليه، فإنك لا يكل بصرك إلا وهو حاضر عندك
|
B. PENJELASAN
Nabi Sulaiman dibantu anakbuahnya bernama Ashif bin Barkhiya yaitu
seorang yang memiliki ilmu dan hikmah. Kemampuannya memindahkan tahta kerajaan ratu
Bilqis lebih cepat daripada kemampuan jin Ifrith yang menjanjikan tahta itu
pindah sebelum nabi sulaiman berdiri dari tempat duduknya, Ashif bin Barkhiya
mampu memindahkan tahta itu hanya dalam waktu satu kedipan mata. Maka takluklah
ratu Bilqis penguasa negeri Saba’ akhirnya dia menikah dengan Nabi Sulaiman dan
hidup berbahagia hingga akhir hidupnya.
Nabi Sulaiman bersyukur kepada Allah ketika melihat singgasana itu
terletak di hadapannya.
C.
KESIMPULAN :
1.
Ashif bin Barkhiya
seorang yang memiliki ilmu dan hikmah.
2.
Nabi sulaiman
menunjukkan karomah umatnya, supaya kaumnya tidak mengingkari terhadap umat
para Nabi yang diberi karomah.
DATAF PUSTAKA
-
Ahmad Al-Musthofa
Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi
-
An-Nawawi , Imam Abil
Hasan Ali Ibni Ahmad Al-Wahidi, Muroh labid Tafsir
-
Al-Wahidi An-Naisaburi, Asbabun
Nuzul
-
Ibnu Katsir al-Quraisy
(Imaduddin abul Fada’ Isma’il bin Umar al-Bashry700-774H), Tasir Ibnu Katsir
-
Ibnu Qoyim
Al-Jauzi, Buah Ilmu.
-
Muhammad bin Ali bin
Muhammad Asy-Syaukani, Fathul Qodir
-
M. Quraisy Syihab, Tafsir
al-Misbah Juz Amma.
[1] Maksudnya:
Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.