CONTOH PROPOSAL SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS : MAHASISWA SEMESTER AKHIR PGMI
Sunday, 20 January 2013
Add Comment
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENDEKATAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK SlSWA KELAS VII SEMESTER
I MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa
kelas VII M.Ts Negeri 3 Pondok Pinang bersikap pasip ketika berlangsung
pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar
yang baik. Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam.
Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa
komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam.
Fakta ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran
yang memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan
kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar
mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa
khususnya materi aqidah akhlak.
Sehagaimana dijelaskan diatas bahwa proses
belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan.
Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan
berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif.
Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode
pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat
pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan
pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity)
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti
dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara
terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan
siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam
melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan
suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi
untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada
peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang aqidah akhlak melalui kegiatan
pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas,
maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa focus penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan berbasis aktivitas dapat
menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada
siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang kelas VII pada semester I tahun pelajaran
2009/2010 ?
2. Bagaimana dampak kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran aqidah
akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang
kelas VII- A pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Tingkat Pendekatan berbasis aktivitas dalam
menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak bahasan sifat-sifat Allah pada
siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang kelas VII pada semester I tahun pelajaran
2009/2010.
2. Tingkat dampak kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran bidang
aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri 3 Pondok
Pinang kelas VII pada semester I tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1) Secara teoritis, penelitian tindakan kelas
ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran aqidah
akhlak khususnya pada pokok bahasan sifat-sifat Allah pada
siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang kelas VII pada semester I tahun pelajaran
2009/2010.
2) Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini
bisa bermanfaat bagi :
a. Guru Madrasah Tsanawiyah
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan bidang aqidah akhlak pada siswa kelas V1I
semester I Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang melalui implementasi
strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan
pada MTs umumnya.
b. Siswa Madrasah Tsanawiyah
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas khususnya materi Aqidah
Akhlak
c. Lembaga Madrasah Tsanawiyah
Sebagai satu masukan atau solusi untuk
mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai
upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga
sekolah.
d. Mapenda Dep. Agama Kota Jakarta Selatan
Sebagai masukan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh
dari penelitian ini, sehingga kelemahan pelaksaan dalam proses belajar mengajar
di lapangan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan rekomendasi dari hasil -
hasil penelitian tindakan kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
Aqidah akhlak
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata latin
"movere" yang artinya bergerak (Stresser, 144t). Adapun pengertian
mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut Teaven dan Smith
(146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan memberi
dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas. Menurut
Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas pada
organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken,
1982) r-nengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah
suatu kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan
persisten. Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup akan memberikan arah
kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus
(Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama,
Orgcrraik needs (kebutuhan vital, seperti : makan, minum, dan lainlain).
Kedua, Emergency motives, ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi dan tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga,
Objectives motives dan interest (L3akir, 1993).Menurut Eysenk dan kazvankatuan
motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu tingkatan
kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep seperti minat,
bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut Maslow (1943, 1970) motivasi
suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David
McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo
(1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri
seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi
memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner Component) dan
komponen luar(Outer Component). Komponen dalam ialah perubahan di
dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau kecemasan
psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar adalah apa
yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik,
2002).
Serdasarkan beberapa pendapat dari para ahli
diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar aqidah akhlak adalah suatu
kekuatan (Power), tenaga(Forces), serta daya (Energy), atau
suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan
kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu untuk
bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu,
baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam
bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri individu(Instrinsik) dan
dari luar diri individu (Ekstrin,sik)
2. Jenis - Jenis
Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan
motivasi kepada siswa agar mereka bisa melaksanakan tugas - tugasnya dengan
sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai
menjadi dua macam, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic
Motivation)
Motivasi Instrinsik adalah motif - motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain
motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang timbul dari dalam diri
siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu,
keinginan untuk beramal, keinginan untuk menguasai nilai - nilai yang
terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan karena keinginan lain seperti
mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic
Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari
motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul
karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi
hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku
siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah memiliki motivasi
instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan
yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam ak-tivitas belajar,
motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi
instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus menerus. Perlu
ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan
menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian tertentu dan
gemar belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic
Motivation)
Motivasi ekstrinsik meraapakan kebalikan dari
motivasi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul
karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi
hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku
siswa dalam proses belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi
yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara
bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil
adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru harus bisa
dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam
menunjang proses interaksi edukatif di kelas (Djamarah, 2QQ2).
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan
pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
prinsip kompetisi adalah persaingan secara
sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self
Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan
atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi antar
pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan
adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara
lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis, lomba menjadi
sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi juga dapat
dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk
kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan
terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi,
nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk
mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui
konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan,
bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat
meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu.
Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang memadai
cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa
yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar
dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka
makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip
ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan
penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan
membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan
lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, teiah dikemukakan bahwa
hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa yang telah
dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan
selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya
untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik
lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang
dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu
memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap
siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai
dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan
sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan
untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya
selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa
gagal.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau
tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi
seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat
yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam
melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan
unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara
efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan
fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif
untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan
fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas,
dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan
antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan
untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung
mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif maupun negatif.
Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka
sangat diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para
siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih
meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa
prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar
mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik
dalam
peningkatan motivasi peserta didik dalam
mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal,
diantaranya: 1) Kebermaknaan.Suatu bidang studi akan lebih bermakna
bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka
miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi
bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha
menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa
akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran
akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan
mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model,
bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model
tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh
guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila
penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4)
Prasyarat.Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan
faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena
itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang
telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang bersyarat akan mudah
mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki
dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari.5) Novelty. Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau
Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa
mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku
tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika
latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian
akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang
dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi secara
sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai
menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang
menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika
kondisi pengajarannya menyenangkan.
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan
pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah persaingan secara
sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self
Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan
atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi antar
pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan
adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara
lebih baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan
terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi,
nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk
mendorong
agar selalu melakukan berbagai tindakan dan
unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara,
ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat
meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu.
Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan sebuah reward yang memadai
cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa
yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka
makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip
ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan
suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, telah dikemukakan bahwa
hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa yang telah
dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan
selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya
untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik
lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki
kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para
pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang
telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang
telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti
ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau
tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi
seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat
yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam
melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan
unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara
efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan
fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif
untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan
fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas,
dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan
antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan
untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung
mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif maupun negatif.
Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka
sangat diharapkan agar diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber
keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani,
para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa
prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar
mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik
dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar,
sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal, diantaranya: 1)
Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa
apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki
sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi
siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha
menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa
akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran
akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan
mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan
atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat
mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi
Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya
pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa
yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting
yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya
guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka
miiiki. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila
perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau
masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih
senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek.
Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang. 8) Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan
tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis
pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9)
Kondisi yang merryenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan
belajarnya jika kondisi pengajarannya menyenangkan.
B. Aqidah akhlak
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata jamak
"Alkhuluku" atau "Al-khalku" yang bermakna
"kejadian". Kedua kata tersebut berasal dari kata "Khalaka"
yang mempunyai arti "menjadikan". Dari kata "Khalaka" inilah
timbul bermacammacam kata seperti : Al- khulku yang mempunyai makna "budi
pekerti", AlKhalik bermakna "Tuhan Pencipta Alam" (Masy'ari,
1980).
2. Jenis - Jenis Akhlak
Pada dasarnya perbuatan manusia ada yang baik
dan ada buruk. Perbuatan yang baik disebut dengan akhlak yang baik dan identik
dengan sifat para Nabi dan orang - orang shiddiq, sedangkan perbuatan yang
buruk disebut dengan akhlak tereela atau buruk. Maka pada hakikafiya akhlak ada
dua, yaitu akhlak yang baik atau terpuji (Al -Akhlaaqul Mahmuudah) dan
akhlak yang buruk atau tercela (Al -Akhlaaqul Madzmuumah).
3. Pembelajaran Aqidah akhlak
Allah S WT sang pencipta dan pengatur alam
semesta dengan kemahakuasaannya. Menciptakan manusia dari setetes air mani
dengan kekuasaannya kita menjadi manusia yang sempurna, banyak sekali
kenikmatan yang di berikan Allah SWT kepada manusia tetapi manusia kurang
begitu mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya. Manusia diberi akal untuk
berfkir atas semua yang ada dimuka bumi, dilaut dan diluar angkasa, dimana semua
itu ada yang mengatur dan menciptakannya tiada lain adalah Allah S WT dengan
segala sifat-sifat-Nya.
Secara umum sifat-sifat Allah dapat dibagi
kedalam tiga macam, yaitu:
a. Sifat Wajib Allah, merupakan sifat yang pasti
dimiliki Allah Mw.
b. Sifat Mustahil Allah, merupakan sifat yang
pasti tidak dimiliki Allah SWT.
c. Sifat Jaiz Allah, merupakan sifat kewenangan
Allah, yaitu Allah SWT bebas untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan
sesuatu.
C. Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru
harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif
agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan
metodologi proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity)
lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan
belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih
memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam
memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas
siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh
guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001)
Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan
oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2)
Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6)
Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1. Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini
adalah membaea, meiihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan
mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3. Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar
mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini
seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang diajarkan.
4. Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita,
laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
S. Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik,
chart, diagram, dan lain sebagainya.
6. Kegiatan Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik
antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan mental, meliputi memecahkan masalah,
mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam
kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain-
lain.
9. Berpikir. Berpikir termasuk aktivitas
belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang
menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat yang didasari atas
kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah
termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan
aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan
bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam
memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas
siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh
guru kepada siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian
tindakan yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Pokok Bahasan Sifat-Sifat
Allah Siswa Kelas VII Semester I Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok
Pinang" yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang selama ini digunakan oleh
guru Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelas VII
semester I MTs Negeri 3 Pondok Pinang, diganti dengan strategi pembelajaran
berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi belajar aqidah akhlak pokok
bahasan sifat-sifat Allah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah
Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan, kelas VII smester I terdiri
dari 20 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 7mX8m, dengan
fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama penelitian
kurang lebih tiga bulan dimulai dari bulan Agustus sampai Desember 2009,
sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan
kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur
Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII
M.Ts Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan pada tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap
seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam
menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak bahasan sifat-sifat Allah pada
siswa kelas VII. Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus
terdiri dari tiga tatap muka (pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Refleksi awal, kelas VII smester I materi Aqidah
Akhlak sangat pasip, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana guru dapat
meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Aqidah Akhlak
khususnya sifat-sifat Allah, latihan dengan mengerjakan beberapa soal,
pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan motivasi
siswa.
2. Tindakan (action) kegiatan mencakup
a. Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi akhir.
b. Siklus II (sama dengan siklus I)
3. Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan
pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1). Keaktifan siswa dalam diskusi
2). Banyaknya siswa yang bertanya
3). Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan
guru/siswa lain
4). Memberikan pendapat
4. Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya
pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau
hasil penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti
menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang
objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi
langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada
bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara
langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah
observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang
selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek(Check List) dalam
menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
- Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur
terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak
informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan
peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti
melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa
kelas VII dan guru - guru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang.
- Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi
merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
D. Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a. Sebanyak > 75% siswa
dapat memahami materi sifat-sifat Allah
b. Ketuntasan belajar tercapai jika 85% siswa
mendapat nilai > 65
c. Untuk kriteria keaktifan siswa mendapat nilai
baik, dilihat dari hasil penilaian instrument.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. qualitative
research in education, Allyn & Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar
Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi
_Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka
Media, Malang
Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar,
PT. Rineka Cipta, Jakarta
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective
Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan
Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing,
Malang
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi
terhadap Hasil Belajarnya Siswa,Tabularasa, Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis
Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas
Indonesia, Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian
Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian
.Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual, Universitas
Negeri Malang, Malang
0 Response to "CONTOH PROPOSAL SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS : MAHASISWA SEMESTER AKHIR PGMI"
Post a Comment